MEMAHAMI KARAKTER SISWA SMP
(Referensi Kisi-Kisi UKG 2015, Kompetensi Guru 1.1. )
A.
KARAKTERISTIK
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK REMAJA USIA SMP
Pertumbuhan Fisik
Pada
masa remaja, pertumbuhan fisik mengalami perubahan lebih cepat dibandingkan
dengan masa anak-anak dan masa dewasa. Pada fase ini remaja memerlukan asupan
gizi yang lebih, agar pertumbuhan bisa berjalan secara optimal. Perkembangan
fisik remaja jelas terlihat pada tungkai dan tangan, tulang kaki dan tangan,
serta otot-otot tubuh berkembang pesat.
v Perkembangan Seksual
Terdapat
perbedaan tanda-tanda dalam perkembangan seksual pada remaja. Tanda-tanda
perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya alat reproduksi spermanya
mulai berproduksi, ia mengalami masa mimpi yang pertama, yang tanpa sadar
mengeluarkan sperma. Sedangkan pada anak perempuan, bila rahimnya sudah bisa dibuahi karena ia sudah mendapatkan menstruasi yang
pertama.
Terdapat
ciri lain pada anak laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki pada lehernya
menonjol buah jakun yang bisa membuat nada suaranya pecah; didaerah wajah,
ketiak, dan di sekitar kemaluannya mulai tumbuh bulu-bulu atau rambut; kulit
menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-porinya meluas. Pada
anak perempuan, diwajahnya mulai tumbuh jerawat, hal ini dikarenakan produksi
hormon dalam tubuhnya meningkat. Pinggul membesar bertambah lebar dan bulat
akibat dari membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit.
Payudara membesar dan rambut tumbuh di daerah ketiak dan sekitar kemaluan.
Suara menjadi lebih penuh dan merdu.
Pada saat
seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama
pada remaja putri ataupun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis
dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk
bereproduksi.
Pada
masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis
hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan
pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone (FSH); dan 2). Luteinizing
Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan
estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki,
Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone
(ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari
hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak
perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya
sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai
berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot,
dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk
fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa
mereka pada dunia remaja.
Cara Berfikir Kausalitas
Hal
ini menyangkut tentang hubungan sebab akibat. Remaja sudah mulai berfikir
kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru, lingkungan, masih
menganggapnya sebagai anak kecil. Mereka tidak akan terima jika dilarang
melakukan sesuatu oleh orang yang lebih tua tanpa diberikan penjelasan yang
logis. Misalnya, remaja makan didepan pintu, kemudian orang tua melarangnya
sambil berkata “pantang”. Sebagai remaja mereka akan menanyakan mengapa hal itu
tidak boleh dilakukan dan jika orang tua tidak bisa memberikan jawaban yang
memuaskan maka dia akan tetap melakukannya. Apabila guru/pendidik dan oarang
tua tidak memahami cara berfikir remaja, akibatnya akan menimbulkan kenakalan remaja berupa pekelahian antar pelajar.
Perkembangan
kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan
kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan
operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para
remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah
yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian
rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif
pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir
secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir
multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa
adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya
dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman
masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan
rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja
mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.
Pada
kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih sangat banyak
remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya mencapai tahap
perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih tertinggal pada
tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana pola pikir
yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari
berbagai dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia
yang tidak banyak menggunakan metode belajar-mengajar satu arah (ceramah) dan
kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir anak. penyebab lainnya bisa
juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih memperlakukan
remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan dalam
memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya. Semestinya,
seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya saat
mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk
menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.
Emosi Yang Meluap-luap
Emosi
pada remaja masih labil, karena erat hubungannya dengan keadaan hormon. Mereka
belum bisa mengontrol emosi dengan baik. Dalam satu waktu mereka akan kelihatan
sangat senang sekali tetapi mereka tiba-tiba langsung bisa menjadi sedih atau
marah. Contohnya pada remaja yang baru putus cinta atau remaja yang tersinggung
perasaannya. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka daripada
pikiran yang realistis. Saat melakukan sesuatu mereka hanya menuruti ego dalam
diri tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi.
Perkembangan Sosial
Sebagai
makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan
yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu
menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku.
Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. Ketrampilan-ketrampilan tersebut biasanya disebut sebagai aspek psikososial. Ketrampilan tersebut harus mulai dikembangkan sejak masih anak-anak, misalnya dengan memberikan waktu yang cukup buat anak-anak untuk bermain atau bercanda dengan teman-teman sebaya, memberikan tugas dan tanggungjawab sesuai perkembangan anak, dsb. Dengan mengembangkan ketrampilan tersebut sejak dini maka akan memudahkan anak dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan berikutnya sehingga ia dapat berkembang secara normal dan sehat.
Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. Ketrampilan-ketrampilan tersebut biasanya disebut sebagai aspek psikososial. Ketrampilan tersebut harus mulai dikembangkan sejak masih anak-anak, misalnya dengan memberikan waktu yang cukup buat anak-anak untuk bermain atau bercanda dengan teman-teman sebaya, memberikan tugas dan tanggungjawab sesuai perkembangan anak, dsb. Dengan mengembangkan ketrampilan tersebut sejak dini maka akan memudahkan anak dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan berikutnya sehingga ia dapat berkembang secara normal dan sehat.
Ketrampilan
sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin penting manakala anak
sudah menginjak masa remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja
individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh
teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan. Kegagalan remaja
dalam menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial akan menyebabkan dia sulit
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa
rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang
normatif (misalnya asosial ataupun anti sosial), dan bahkan dalam perkembangan
yang lebih ekstrim bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja,
tindakan kriminal, tindakan kekerasan dsb.
Berdasarkan
kondisi tersebut diatas maka amatlah penting bagi remaja untuk dapat
mengembangkan ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan untuk menyesuaikan
diri. Permasalahannya adalah bagaimana cara melakukan hal tersebut dan aspek-aspek apa saja yang harus diperhatikan.
Salah
satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada dalam fase
perkembangan masa remaja madya dan remaja akhir adalah memiliki ketrampilan
sosial (sosial skill) untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan
sehari-hari. Ketrampilan-ketrampilan sosial tersebut meliputi kemampuan
berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri
& orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi
atau menerima feedback, memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai norma
dan aturan yang berlaku, dsb. Apabila keterampilan sosial dapat dikuasai oleh
remaja pada fase tersebut maka ia akan mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosialnya. Hal ini berarti pula bahwa sang remaja tersebut mampu
mengembangkan aspek psikososial dengan maksimal. Jadi tidak mengherankan jika
pada masa ini remaja mulai mencari perhatian dari ingkungannya dan berusaha
mendapatkan status atau peranan, misalnya mengikuti kegiatan remaja dikampung
dan dia diberi peranan dimana dia bisa menjalankan peranan itu dengan baik.
Sebaliknya jika remaja tidak diberi peranan, dia akan melakukan perbuatan untuk
menarik perhatian lingkungan sekitar dan biasanya cenderung ke arah perilaku
negatif.
Salah
satu pola hubungan sosial remaja diwujudkan dengan membentuk satu kelompok.
Remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik pada kelompok sebayanya sehingga
tidak jarang orang tua dinomorduakan, sedangkan kelompoknya dinomorsatukan.
Contohnya, apabila seorang remaja dihadapkan pada suatu pilihan untuk mengikuti
acara keluarga dan berkumpul dengan teman-teman, maka dia akan lebih memilih untuk pergi dengan teman-teman.
Pola
hubungan sosial remaja lain adalah dimulainya rasa tertarik pada lawan jenisnya
dan mulai mengenal istilah pacaran. Jika dalam hal ini orang tua kurang
mengerti dan melarangnya maka akan menimbulkan masalah sehingga remaja cenderung
akan bersikap tertutup pada orang tua mereka. Anak perempuan secara biologis dan karakter lebih cepat matang daripada anak
laki-laki.
Perkembangan Moral
Masa
remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai
fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan
nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai
membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang
berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang,
keadaan sosial, dsb. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku,
sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan.
Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan
lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak
melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini
diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat
adanya “kenyataan” lain di luar dari yang selama ini diketahui dan
dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat hidup dan
beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi lebih luas dan
seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.
Kemampuan
berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang karena
mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang
mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu
merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan “kenyataan”
yang baru. Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap
"pemberontakan" remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama
ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak
diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik.
Pada masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya membiarkan
korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai baik dalam
suatu kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai bagi
sang remaja. Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi
sebuah masalah besar, jika remaja tidak menemukan jalan keluarnya. Kemungkinan
remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua
atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika orangtua atau
pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan
sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.
Peranan
orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif jawaban dari
hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya. Orangtua yang bijak akan
memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa
berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu
memberikan penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat sang remaja
tambah bingung. Remaja tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran orangtua
dan nilai yang dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika “lingkungan baru”
memberi jawaban yang tidak diinginkan atau bertentangan dengan yang diberikan
oleh orangtua. Konflik dengan orang tua mungkin
akan mulai menajam.
Perkembangan Kepribadian
Secara
umum penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi dari kepribadian
seseorang, namun sebenarnya tidak. Karena apa yang tampil tidak selalu
mengambarkan pribadi yang sebenarnya (bukan aku yang sebenarnya). Dalam hal ini
amatlah penting bagi remaja untuk tidak menilai seseorang berdasarkan
penampilan semata, sehingga orang yang memiliki penampilan tidak menarik
cenderung dikucilkan. Disinilah pentingnya orangtua memberikan penanaman
nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa mendasarkan
pada hal-hal fisik seperti materi atau penampilan.
Adapun ciri-ciri penting pada masa remaja awal
atau anak SMP sebagaiberikut :
1.
Pada masa ini terjadi kematangan alat-alat seksual.Dengan tumbuh dan
kembangnya fungsi-fungsi organ maka ciri-ciri seks sekunder mulai berkembang
seperti tumbuhnya rambut pubis dan timbulnya
jakun pada anak laki-laki.Sedangkan pada anak perempuan mulai memasuki masa
menstruasi dan mulai tumbuhnya buah dada. Dengan adanya kedewasaan
biologis ini, remaja memiliki kemampuan biologis yang sama dengan
orang-orang dewasa lainnya dalam hal reproduksi.
2.
Masa remaja awal merupakan periode yang singkat dibandingkan dengan
banyaknya perubahan yang terjadi di dalam perkembangan manusia
maka masa puber merupakan periode yang paling singkat, yaitu
sekitar dua sampai empat tahun pada usianya.
3.
Masa remaja awal merupakan masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat.Perubahan-perubahan yang pesat ini akan menimbulkan
dampak pada anak. Misalnya timbul keraguan, perasaan tidak mampu dan
tidak aman dan dalam beberapa hal memungkinkan timbulnya perilaku negatif.
4.
Masa remaja awal merupakan masa negatif .Pada masa ini anak
cenderung mengambil sikap anti terhadap kehidupan atau
kehilangan sifat-sifat baiknya yang pada masa sebelumnya sudah
berkembang. Kondisi ini merupakan sesuatu yang wajar. Beberapa ahli
psikologi perkembangan menyebut ini sebagai masa negatifistik kedua.
v Perkembangan anak usia SMP
Selama di SMP/ MTs seluruh aspek perkembangan manusia yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik mengalami perubahan sebagai masa transisi dari masa
anak-anak menjadi masa dewasa. Masa remaja dan perubahan yang
menyertainya merupakan fenomena yang harus di hadapioleh guru.
Perkembangan aspek kognitif Arajoo T.V (1986) menyatakan bahwa aspek
kognitif meliputi fungsi intelektual seperti pemahaman, pengetahuan dan
ketrampilan berpikir. Untuk siswa SMP perkembangan kognitif utama
yang dialami adalah formal operasional,yang
mampu berpikir abstrak dengan menggunakan simbol-simbol tertentu atau
mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal yang tidak terikat lagi
oleh objek-objek yang bersifat konkrit, seperti peningkatan kemampuan
analisis,kemampuan mengembangkan suatu kemungkinan berdasarkan dua atau lebih kemungkinan
yang ada, kemampuan menarik generalisasi dan inferensasi dari
berbagai kategori objek yang beragam. Selain itu ada peningkatan fungsi
intelektual, kapabilitas memori dalam bahasa dan perkembangan
konseptual. Dengan kata lain, bahasa merupakan salah satu alat vital
untuk kegiatan kognitif.
Perkembangan aspek afektif Menurut Arajoo T.V (1986), ranah afektif
menyangkut perasaan, moral dan emosi. Perkembangan afektif siswa SMP mencakup
proses belajar perilaku dengan orang lain atau sosialisasi.
Sebagian besar sosialisasi berlangsung lewat pemodelan dan peniruan orang lain.
Perkembangan psikomotorik Wuest & Combardo (1974) menyatakan bahwa
perkembangan aspek psikomotorik seusia SMP ditandai dengan
perubahan jasmani dan fisiologis sex yang luar biasa. Salah satu
perubahan luar biasa tersebut adalah perubahan pertumbuhan tinggi badan dan
berat badan,sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat “tidak
memikirkan akibat” dari perbuatan mereka, dan kadang mengalami proses
pencarian jati diri.
- PERAN LINGKUNGAN TERHADAP PEMBELAJARAN ANAK USIA REMAJA AWAL (SMP)
Konsep belajar behavioristik memandang manusia sebagai
produk lingkungan. Begitupun dalam kasus ini, faktor-faktor lingkungan
sekitar mempunyai peran penting dan andil yang kuat dalam
proses pembelajaran seorang siswa secara umum, khususnya siswa
SMP.1.
Lingkungan Keluarga. Lingkungan merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi kehidupan anak,
khususnya lingkungan keluarga, karena sejak kecil anak hidup bersama
keluarga. Menurut Zakiah Daradjat, bahwa ” pendidikan pertama dan utama bagi
anak adalah dalam lingkungan keluarga,”. Situasi lingkungan tersebut
memberikan andil bagi aktivitas belajar anak.
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-anak dan
remaja. Pendidikan keluarga lebih menekankan pada aspek moral dan
pembentukan kepribadian dari pada pendidikan untuk menguasai ilmu
pengetahuan. Dasar dan tujuan penyelenggaraan pendidikan keluarga
bersifat individual sesuai dengan pandangan hidup keluarga masing-masing,
ada keluarga dalam mendidik anaknya mendasarkan pada
kaidah-kaidah agama dan menekankan proses pendidikan agama. Ada
pula keluarga yang dasar dan tujuan penyelenggaraan
pendidikannya berorientasi pada kehidupan sosial dan ekonomi kemasyarakatan
dengan tujuan untuk menjadikan anaknya menjadi orang yang
produktif dan bermanfaat dalam kehidupan bermasyakarat.Anak dan
remaja di dalam keluarga berkedudukan sebagai anak didik dan orang tua
sebagai pendidiknya. Banyak corak dan pola penyelenggaraan
pendidikan keluarga, yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi
tiga pola pendidikan, yaitu : Pendidikan otoriter, pendidikan demokratis dan
pendidikan liberal.
Dalam pendidikan yang bercorak otoriter anak-anak senantiasa harus mengikuti
apa yang telah digariskan oleh orang tuanya, sedang dalam pola
pendidikan liberal, anak-anak dibebaskan untuk menentukan tujuan dan
cita-citanya. Kebanyakan keluarga di Indonesia mengikuti corak pendidikan yang
demokratis.Makna pendidikan yang demokratis itu oleh Ki Hajar Dewantara dinyatakan bahwa
penyelenggaraan pendidikan itu hendaknya : ing ngarsasung tulada,
ing madya mangun karsa, tut wuri handayani,yang artinya : Di depan memberi
contoh, di tengah membimbing dan di belakangmemberi semangat.
Lingkungan Masyarakat. Masyarakat adalah lingkungan alami kedua yang dikenal oleh anak-anak dan
remaja. Remaja telah banyak mengenal karakteristik masyarakatdengan berbagai
norma dan keberagamannya. Kondisi masyarakat amat
beragam, tentu banyak
hal yang harus diperhatikan baik oleh remaja maupun oleh orang
tuanya. Dalam menjalankan fungsi pendidikan, masyakarat banyak membentuk/
mendirikan kelompok-kelompok atau paguyuban atau kursusyang secara sengaja
disediakan untuk anak dan remaja dalam upaya mempersiapkan hidupnya
di masa depan. Seperti contoh, Karang Taruna,pengajian TPA, kursus komputer
berskala desa, atau pelatihan-pelatihanyang bersifat ekonomis
yang profitable merupakan produk nyatapembelajaran di masyarakat.
Lingkungan Sekolah.Sekolah merupakan lingkungan artificial
yang sengaja diciptakan untuk membina anak-anak kearah tujuan tertentu,
khususnya untuk memberikan kemampuan dan ketrampilan sebagai bekal
kehidupannya dikemudian hari. Lingkungan sekolah merupakan pengaruh besar dalam pembentukan pemikiran
manusia untuk menguasai ilmu pengetahuan.Di lingkungan sekolah ini,
remaja mendapat suatu pelajaran dan pengalaman yang berharga
yang menjadi bekal untuk langkah-langkah pembelajaran di
kehidupan selanjutnya. Sekolah diharapkan memberikan suatu wadah bagi
pengembangan secara keseluruhan baik aspek kognitif,afektif, maupun
psikomotorik. Dibentuknya unit-unit kegiatan siswa(UKS), memfasilitasi sarana
dan prasarana yang memadai seperti sarana olahraga, musik maupun
berdasarkan potensi-potensi lain
C.
METODE PEMBELAJARAN
PADA SISWA SMP
v Model Pembelajaran
Langsung / Direct Instruction
Pengetahuan dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu
: pengetahuan
Deklaratif dan pengetahuan procedural. Pengetahuan
deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu konsep.Pengetahuan Procedural
adalah pengetahuan tentang bagaimana seseorang melakukan sesuatu.Moel
pembelajaran langsug dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar
siswa berkenaan dengan pengetahuan prosedural maupun pengetahuan deklaratif
yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari langkah demi langkah.Metode
yang digunakan dalam model pembelajaran ini yang lebih dominan adalah metode Tanya
jawab,Metode Ceramah, dan lain-lain.Model ini harus dikemas melibatkan
terjadinya interaksi multi arah.Model pembelajaran langsung mempunyai fase-fase
penting diantarannya :
1.
Fase Pendahuluan
Pada fase ini guru menyampaikan kompetensi apa yang
harus dicapai siswa setelah proses pembelajaran,memotivasi belajar,meningkatkan
materi prasyarat.
2.
Fase Presentasi
Materi
Guru dengan menggunakan metode ceramah dan resistasi
(mengecek pemahaman dengan Tanya Jawab).
3.
Fase terakhir Guru
memberikan kesempatan kepadasiswa untuk berlatih,menyimpulkan hasil belajar dan
memberikan umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Fase tersebut dapat dilihat
sebagaai berikut :
Ø
Fase Peran guru
1.
Pendahuluan menyampaikan
kompetensi yang harus dikuasai siswa,memotivasi,mengingatkan materi sebelumnya,
dan mempersiapkan siswa-siswa.
2.
Presentasi materi
mendemonstrasikan keterampilan atau menyajikan informasi tahap demi tahap
dengan metode ceramah dan resitasi.
3.
Membimbing pelatihan
memberikan latihan terbimbing.
4.
Memberikan umpan
balik dan mengecek kemampuan siswa.
5.
Merangkum dengan
tanya jawab dan memberikan tugas.
Model pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang
mengharuskan siswa untuk bekerja dalam suatu tim untuk menyelesaikan
masalah,menyelesaikan tugas , atau mengerjakan sesuatu untuk tujuan
bersama.Model kooperatif merupakan model pembelajaran yang memfasilitasi siswa
untuk mencapai kompetensiya dengan menekankan kerjasama antar siswa.Dengan
demikian, metode mengajar yang digunakan guru adalah diskusi kelompok.Adapun
ciri-ciri model pembelajaran kooperatif antara lain adalah :
-
Untuk mencapai
kompetensi yang ditetapkan ,siswa belajar dalam kelompok.
-
Kelompok dibentuk
dari siswa dengan memperhatikan kemampuan,gender,ras,budaya dan suku
-
Penghargaan
diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.
Pembelajaran kooperatif mempunyai tujuanpenting ,yaitu
:
-
Hasil belajar
akademik pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan proses konstruksi siswa
terhadap pengetahuan yang dipelajarinya.
-
Penerimaan terhadap
keberagaman ,menumbuhkembangkan interaksi sosial bagi siswa.
Siswa akan lebih mudah menerima teman-temannya yang
mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang.
-
Pengembangan
keterampilan sosial dengan cara mengembangkan saling percaya dengan berbagai
tugas dalam kelompok, aktif bertaya,menghargai pendapat orang
lain,memancing teman untuk
bertanya,mempresentasikan dan lain-lain.
Ø
Fase Indikator
Kegiatan Guru
Fase ini dapat dilakukan dengan :
-
Apersepsi Guru
menyampaikan kompetensi yang harus ditunjukkan siswa,memotivasi
siswa,meningkatkan materi prasyarat-prasyarat
-
Menyajikan
informasi.Guru secukupnya berupa cara kerja atau cara menyelesaikan tugas.
-
Membentuk
kelompokbekerja . (guru memberikan arahan cara membentuk kelompok).
-
Membimbing Kelompok
Bekerja. (guru memberikan bimbingan kepada kelompokyang memerlukan).
-
Evaluasi (guru
melakukan kesimpulan akhir,evaluasi proses maupun hasil belajar).
-
Memberikan
Penghargaan (guru memberikan penghargaan kepada setiap kelompok maupun
individual).
Model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based
Instruction),Model PBM (problem based instruction)
adalah suatu metodeyang diajarkan dengan melihat fakta yang berkembang atau
berdasarkan masalah yang ada kemudian akan dilakukan diskusi dan pemecahan
masalah tersebut. Model Pembelajaran berdasarkan pada masalah tertentu,
bertujuan untuk :
-
Membentu siswa
mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan memecahkan masalah.
-
Belajar menjadi
peranan sebagai orang dewasa
-
Belajar Mandiri
Pelaksanaan model
pembelajaran masalah sebagai berikut :
1.
Penetapan Tujuan
Gurumendeskripsikan tujuan model pembelajaran.
2.
Meancang situasi
masalah guru ,merumuskan masalah yang akan dipelajari atau diselidiki
siswa.Masalah tersebut harus otentik, dan bermakna bagi siswa.
3.
Organisasi sumber
daya dan rencana logistik (guru menyiapkan atau menginformasikan
material,sarana atau sumber belajar yang dapat dimanfaatkan siswa dalam
memecahkan masalah yang ada.
4.
Orientasi siswa pada
masalah .
Siswa diberikan pengertian bahwa tujuan pembelajaran
berdasarkan masalah tidak untuk memperoleh informasi baru dalam jumlah
besar,melainkan siswa harus melakukan penelitian terhadap masalah penting untuk
biasa belajar mandiri.
5.
Mengorganisasikan
siswa untuk belajar (mengembangkan keterampilan kerjasama antar siswa dan
saling membatu untuk menyelidiki masalah secara bergotong-royong.Guru membantu
siswa yang memerlukan dalam merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas
pelaporan).
6.
Assement dan Evaluasi
Sistem Assement
Yang dilakukan adalah penilaian otentik yang
menyangkut penilaian proses berfikir siswa dan juga penilaian hasil belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar